Pengkategorian
Sastra Anak ( Ikhtisar Contoh)
Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Kajian Sastra Anak
Disusun Oleh
Bangkit
Bagas W 1101040089
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
1.
Cerita Realisme
Kategori
: Realisme Historis
Perang
Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra Sultan Hamengkubuwono
III dari selir Raden Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil, diasuh
oleh neneknya, Ratu Ageng di Tegalrejo.
Konflik Pangeran Diponegoro dengan Pemerintah
Hindia Belanda bermula pada Mei 1825, saat pemerintah kolonial berencana membangun
jalan untuk melancarkan sarana transportasi dan militer di Yogyakarta.
Pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan, termasuk tanah milik keluarga
besar Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, di tanah leluhur tersebut terdapat
makam nenek moyang Pangeran Diponegoro. Untuk menyelesaikan masalah tanah itu,
sebenarnya Residen Belanda, A.H.Smisaert mengundang Pangeran Diponegoro untuk
menemuinya. Namun undangan itu ditolak mentah-mentah olehnya.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan
di daerah yang dibuat jalan. Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran
Diponegoro geram, lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mencabuti patok-patok
itu. Melihat kelakuan Pangeran Diponegoro, Belanda mempunyai alasan untuk
menangkap Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun didatangkan ke
kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli 1825 perang Tegalrejo
dikepung oleh serdadu Belanda.
Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta
keluarganya terpaksa mengungsi karena ia belum mempersiapkan perang. Mereka
pergi menyelamatkan diri menuju ke barat hingga ke Desa Dekso di Kabupaten
Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong. Goa yang
terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian
dijadikan sebagai basis pasukan.
Kemudian, Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia
mendapat banyak dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa Tengah
yang kecewa dengan Sultan maupun Belanda. Salah satu bangsawan pengikut
Diponegoro adalah Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di
medan tempur.
Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan
pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri, dan artileri oleh Belanda. Pihak
Diponegoropun menanggapi dan berlangsunglah pertempuran sengit di kedua belah
pihak. Medan pertempuran terjadi di puluhan kota dan di desa di seluruh
Jawa. Jalur-jalur logistik juga dibangun
dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Belanda menyiapkan puluhan kilang mesiu yang
dibangun di hutan-hutan dan dasar jurang. Mesiu dan peluru terus diproduksi
saat peperangan berlangsung. Selain itu Belanda juga mengarahkan mata-mata utuk
mencari informasi guna menyusunn setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan
strategi gerilya, yakni dengan cara
berpencar, berpindah tempat lalu menyerang selagi musuh lengah. Strategi ini
sangat merepotkan tentara Belanda. Belum lagi Pangeran Diponegoro mendapat
dukungan rakyat. Awalanya sendiri peperangan banyak terjadi di daerah barat
kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan Lowano (Perbatasan
Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah lain: Gunung kidul,
Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar Semarang.
Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro
biasanya dilakukan pada bulan-bulan penghujan karena hujan tropis yang deras
membuat gerakan pasukan Belanda terhambat. Selain itu, penyakit malaria dan
disentri turut melemahkan moral dan fisik pasukan Belanda.
Belanda kewalahan menghadapi
perlawanan Diponegoro. Hingga akhirnya pada tahun 1827 pemerintah Hindia
Belanda menerapkan setrategi jitu untuk mematahkan perlawanan gerilya ini.
Belanda menerapakan setrategi Benteng
Stelsel, benteng-benteng pertahanan dibangun dan dijaga terus-menerus
setelah tentara Belanda berhasil menguasai daerah yang ditingalkan pasukan
Diponegoro. Akibat Benteng Stelsel
tersebut Pasukan Diponegoro semakin terjepit. Akhirnya pada tahun 1829, Kiai
Maja, pimpinan sepiritual pemberontakan berhasil ditangkap. Kemudian panglima
perangnya satu-persatu menyerahkan diri termasuk Sentot Prawirodirjo.
Diponegoro sendiri akhirnya tertangkap di Magelang
pada 25 Maret 1830. Penyergapan diponegoro terjadi saat menerima tawaran
perundingan dari Jendral De Kock. Rampung perundingan , diponegoro langsung
diciduk lalu dibuang ke Sulawesi penangkapan ini menjadi akhir perang jawa.
Namun bagi pemerintah belanda perang melawan Pangeran
Diponegara merupakan pertempuran terberat selama menjajah nusantara. Dalam
peranga ini banyak jatuh korban berjatuhan baik dari pihak Belanda maupun
pribumi. Dokumen-dokumen Belanda menyebutkan ada sekitar 200.000 jiwa rakyat
yang terrenggut. Sementara itu ada 8000-an serdadu belanda tewas.
Cerita tentang Perang Dipanegara termasuk dalam genre
cerita Realisme khususnya cerita realisme historis. Hal itu karena cerita
tersebut menampilkan ciri-ciri yang ada pada
realisme historis, diantaranya
Mengisahkan peristiwa pada masa lampau, yaitu
peperangan antara kelompok pangeran dipanegara dengan Kolonialisme Belanda,
cerita tersebut menunjukan perang dipanegara terjadi antara tahun 1825 dengan
bersetting di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah.
Dalam cerita tersebut juga dikisahkan tentang
persenjataan dan bahkan taktik perang, ini sangat sesuai dengan unsure yang
terdapat pada realism historis. Disebutkan dalam cerita tersebut pangeran
Dipanegara menggunakan strategi gerilyanya yang sangat menyulitkan pasukan
Belanda namun dalam mengahadapinya Belanda pun menerapkan strategi berupa Benteng Stelsel, benteng-benteng
pertahanan dibangun dan dijaga terus-menerus setelah tentara Belanda berhasil
menguasai daerah yang ditingalkan pasukan Diponegoro.
2.
Fiksi Formula
Kategori
Novel Serial
Cerita
Fiksi Anak (Novel Serial)
Judul Novel : Kulit Manusia Serigala (Goosebumps)
Pengarang : R. L. Stine
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1998
Judul Novel : Kulit Manusia Serigala (Goosebumps)
Pengarang : R. L. Stine
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1998
Alex pergi ke rumah paman dan
bibinya di Wolf Creek. Ia akan tinggal dan sekolah di sana untuk beberapa
minggu karena orang tuanya pergi ke Paris. Alex menyukai fotografi, sama
seperti paman dan bibinya. Awal sampai di Wolf Creek, ia mengutarakan
keinginannya untuk menjadi manusia serigala saat Hallowen nanti dan
keinginannya untuk memotret hutan di Wolf Creek. Pamannya langsung
mengingatkannya akan sebuah rumah di sebelah rumah pamannya milik Mr dan Mrs.
Marling. Mereka memperingatkan agar tidak dekat-dekat dengan rumah itu dan
berhubungan dengan pemilik rumahnya, dengan alasan mereka punya anjing yang
buas.
Di Wolf Creek, Alex bersahabat
dengan Hanna. Ia yang menemani Alex memotret di hutan. Suatu malam kamera Alex
ketinggalan di hutan, sehingga ia harus mengambilnya. Malam itu juga, pertama
kalinya ia mendengar lolongan serigala dan mengetahui sumber suara berasal dari
rumah Mr. dan Mrs. Marling. Ia sangat takut dengan kejadian itu dan curiga
kalau Mr. dan Mrs. Marling adalah manusia serigala yang ditakuti orang-orang di
Wolf Creek. Alex menanyakannya pada Hanna dan ia membenarkan pertanyaan Alex.
Akan tetapi Paman Colin dan Bibi Marta mengatakan kalau semua itu tidak benar.
Mendengar penjelasan yang berbeda, Alex penasaran dan berusaha menyelidikinya
agar ia tahu kebenaran semua itu. Suatu malam, ia menyelidiki sendiri tentang
manusia serigala itu dan berniat memotretnya. Ia mengikuti kemana serigala yang
selalu melolong tiap malam dan berusaha memotret keduanya agar ia bisa punya
bukti tentang manusia serigala. Alex berhasil mengikuti sampai tengah hutan,
menyaksikan apa yang dilakukan kedua manusia serigala itu dan berhasil
mengambil gambar mereka dalam berbagai posisi dan kesempatan. Alex yakin kedua
serigala itu adalah Mr. dan Mrs. Marling, karena ketika matahari mulai muncul
mereka pulang ke rumah di sebelah rumah pamannya. Namun, ia sangat terkejut
ketika ia tahu bahwa kedua serigala yang diikutinya adalah Paman Colin dan Bibi
Marta. Ia tak percaya, paman dan bibinya adalah manusia serigala. Berarti
selama ini mereka selalu mengarang cerita, mereka mengatakan kalau mereka pergi
tiap malam untuk memotret hewan-hewan malam di tengah hutan.
Alex mengatakan kenyataan tersebut pada Hanna.
Mereka punya rencana, mereka akan memakai kostum serigala milik paman dan bibi
ketika Hallowen, tepat saat bulan purnama. Rencana mereka berhasil, Paman Colin
dan Bibi Marta mencari kostum mereka tersebut. Saat bulan purnama tepat tinggi,
mereka seperti tersiksa. Namun, akhirnya mereka berterima kasih pada Alex dan
Hanna, karena tindakan mereka membuatnya terbebas dari kutukan. Alex dan Hanna
mengembalikan kostum itu ke rumah Mr. dan Mrs. Marling. Betapa terkejutnya Alex
karena di sana masih ada kostum serigala. Ia menanyakannya pada Hanna. Ia pun
menjawab kalau kostum yang dipakainya adalah miliknya. Alex kembali terkejut
mendengar pernyataan Hanna tersebut.
Cerita tersebut terklasifikasi kedalam Jenis Fiksi
Formula dengan Sub-babnya yang berkenaan dengan Novel serial. Ini karena secara
formatnya Novel yang sedimikan panjang dibentuk berseri-seri atau terpisah
hingga seperti cerpen, namun tetap memiliki suatu kesatuan yang utuh. Selain
itu novel model ini dapat memberikan kemudahan pada pembaca khusunya anak-anak.
3. Cerita Fantasi
Kategori : Fantasi
Tinggi
Sinopsis The Lord of the
Rings: The Fellowship of The Rings
Cerita The
Fellowship of The Rings dimulai dengan kisah bagaimana seorang hobbit bernama
Bilbo Baggins dari The Shire, telah mengembara ke Misty Mountain dan bertemu
dengan Gollum yang telah tinggal di dalam sebuah gua di gunung tersebut selama
500 tahun. Bilbo berhasil mencuri cincin milik Gollum dan kemudian membawanya
pulang ke The Shire. Tanpa disadari, cincin tersebut mempunyai kekuatan sakti.
Pada ulang
tahunnya yang ke-111, Bilbo memutuskan untuk meninggalkan The Shire dan menuju
ke Rivendell. Bilbo ingin menghabiskan masa tuanya dengan menulis buku tentang
pengembaraannya dengan seorang Dwarf mencari harta karun di Lonely Mountain, di
mana terdapat seekor naga yang menyembunyikan emas permata di bawah badannya.
Sebelum melakukan perjalanannya, Bilbo mewariskan cincin sakti yang disebut One
Ring kepada keponakannya yang bernama Frodo Baggins.
Seorang
Wizard yang juga sahabat Bilbo bernama Gandalf menyarankan Frodo untuk
menghancurkannya ke Mount Doom. Penghancuran cincin ini untuk menghalangi niat
jahat Sauron yang ingin menguasai Middle-Earth. One Ring dibuat oleh Sauron,
Dark Lord dari Mordor, cincin tersebut sesungguhnya digunakan untuk menguasai
Middle-Earth dan memperbudak rakyatnya.
Frodo
berangkat ke Mount Doom bersama seorang sahabatnya yang bernama Samwise Gamgee.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Merry dan Pippin yang akhirnya ikut
bergabung bersama Frodo dan Sam. Perjalanan para hobbit ini terus dibayangi
oleh Black Rider yang merupakan utusan Sauron untuk mengawasi si pemegang
cincin.
Ketika
sampai di Bree, empat hobbit ini memutuskan untuk beristirahat di The Prancing
Pony. Ditempat tersebut mereka bertemu dengan seorang Strider yang bernama
Aragorn. Ternyata Strider tersebut adalah utusan Gandalf yang bertugas menemani
para hobbit hingga ke Rivendell, tempat penguasa Elf berkuasa dan akan terjadi
pertemuan penting antara semua ras penghuni Middle Earth.
Keesokan
harinya Strider menemani mereka untuk meneruskan perjalanan ke Rivendell. Pada
malam harinya, mereka kembali diserang oleh Black Rider. Frodo terluka dalam
serangan itu karena ditikam oleh Black Rider. Dalam kepanikan karena Frodo
terluka dan pingsan, tiba-tiba muncul seorang Elf yang bernama Arwen dan
membawa Frodo ke Rivendell dengan kudanya.
Black Rider
terus mengejar Arwen sampai ke Loudwater River. Saat Black Rider mencoba
menyeberangi sungai, Arwen membaca mantra untuk membuat sungai tersebut memukul
Black Rider dengan kuat dan membunuh mereka. Setelah berhasil mengalahkan Black
Rider, Arwen dan Frodo melanjutkan perjalanan menuju ke Rivendell.
Pada saat
yang sama, Gandalf yang terperangkap di puncak Menara Orthanc di Isengard
meminta bantuan burung elang raksasa bernama Gwaihir untuk melepaskannya dari
tawanan Saruman. Gwaihir membawa Gandalf ke Rivendell. Saat rombongan Aragorn
dan para hobbit sampai di Rivendell, Frodo sudah sembuh dari lukanya. Elrond
sang pemimpin bangsa Elf sangat kagum pada kekuatan mental Frodo yang sama
sekali tidak terpengaruh dengan kekuatan jahat dari One Ring. Sementara itu,
seluruh wakil pemimpin dari semua makhluk Middle-Earth berkumpul di Rivendell
untuk membahas siapa yang akan membawa One Ring ke Mordor untuk dihancurkan.
Saat tidak ada yang bersedia membawanya, tiba-tiba Frodo menawarkan diri untuk
membawa One Ring ke Mordor. Maka terpilihlah orang-orang yang akan melakukan
perjalanan ke Mordor, yaitu Gimli (Dwarf), Legolas (Elf), Aragorn dan Boromir
(Men), Gandalf (Wizard), dan keempat hobit (Frodo, Sam, Merry, dan Pippin).
Kesembilan orang tersebut tergabung dalam The Fellowship of The Ring.
Keesokan
harinya kesembilan orang tersebut berangkat menuju ke selatan melewati
Lothlorien. Untuk sampai ke Lothlorien, mereka harus melintasi Misty Mountain
yang saat itu sedang mengalami badai salju dan reruntuhan batu-batuan. Namun
akhirnya mereka menyerah pada cuaca dan mengalihkan jalur menuju ke Moria yang
merupakan tempat tinggal Dwarf.
Di Moria,
mereka diserang oleh Orcs. Orcs adalah manusia kerdil bodoh ciptaan Sauron yang
tinggal di Hutan Mirkwood untuk membantu Sauron menguasai Middle-Earth. Karena
jumlah pasukan Orcs yang tidak seimbang dengan jumlah The Fellowship, maka
mereka melarikan diri ke jembatan Khazad-Dum. Celakanya di jembatan tersebut
mereka telah dihadang oleh binatang raksasa yang menyerupai monster bernama
Balrog. Pertempuran dengan Balrog menyebabkan Gandalf terjatuh ke dasar jurang
dan menghilang.
Aragorn
kemudian mengambil alih tugas Gandalf untuk memimpin The Fellowship sampai ke
Mordor. Setelah perjalanan The Fellowship sampai di Lothlorien, mereka bertemu
dengan seorang peri bijak yang bernama Galadriel. Galadriel memberikan bekal
sampan, biskuit lembas, dan kaca. Dari kaca milik Galadriel, Frodo melihat masa
depan dimana sahabatnya Sam akan menemui ajalnya jika tetap ikut dengannya ke
Mordor. Frodo mulai bimbang pada perjalanannya, namun ia tetap harus
menghancurkan One Ring.
Perjalanan
berlanjut melewati sungai Anduin menuju ke selatan. Sampai di Fall of Rauros
mereka berhenti untuk beristirahat. Saat beristirahat, Boromir ingin melihat
dan memegang One Ring, namun Frodo menolaknya dan menyingkir dari Boromir.
Tiba-tiba sekumpulan Orcs dan Uruk Hai menyerang The Fellowship. Gimli,
Legolas, Aragorn, dan Boromir maju menghadapi serangan musuh, sedangkan Merry,
Pippin, Frodo, dan Sam berlari menyembunyikan diri namun akhirnya mereka
terpisah sementara Merry serta Pippin menjadi tawanan pasukan Orcs.
Frodo dan Sam berhasil menyelamatkan diri dan berlayar
ke seberang sungai. Sementara Gimli, Aragorn, dan Legolas yang berhasil mengalahkan
pasukan Orcs dan Uruk Hai harus merelakan Boromir yang tewas di medan perang.
Gimli, Aragorn, dan Legolas melakukan penghormatan terakhir kepada Boromir
dengan meletakkan mayatnya ke dalam sampan dan membiarkannya berlayar menuju
sungai Anduin, kemudian ketiganya mulai mencari keempat hobbit.
Hasil
analisis:
Cerita tersebut termasuk dalam kategori fantasi
tinggi karena menawarkan sebuah cerita yang sulit diterima, seperti mahluk yang
dapat hidup sampai 500 tahun, namun karena cerita dikembangkan dengan imajinasi
yang lazim sehingga dapat diterima, cerita tersebut juga mengangkat sebuah
kisah tentang baik dan yang jahat, sehingga sangat mirip dengan ciri yang
dimiliki oleh cerita fantasi tinggi.
4.
Sastra Tradisional
Kategori
: Fabel
Kerbau dan
Kambing
Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor
singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh
kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun
saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di
dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu
menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya
agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu
hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang
Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan
berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu
yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya
akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah
jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.
Hasil
analsisis :
Berdasarkan genre sastra yang diungkapkan oleh Lukens (dalam
Nurgiyantoro hal 111) bahwa sastra dibagi menjadi enam macam yaitu realisme,
fiksi formula, fantasi, sastra tradisonal, puisi, dan nonfiksi.
Dari cerita yang berjudul Kerbau dan Kambing tersebut
memiliki ciri-ciri yang sama dengan jenis Sastra tradional khususnya fabel,
karena cerita tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro hal 115
bahwa fable adalah ‘cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi
karakter manusia’. Dapat berbicara, bersikap dan berperilaku layaknya manusia,
misal dalam cerpen tersebut terdapat adegan yang merealisasikan sikap yang
dilakukan kerbau seperti layaknya manusia dengan adanya dialog berikut
"Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat
tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi,
saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Selain itu cerpen tersebut juga memiliki ciri-ciri fable
dari segi struktur teks penulisan, yaitu penulisanya tidak panjang dan secara
jelas mengandung ajaran moral, dan dalam cerpen tersebut ajaran moralnya missal
: Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.
Alasan lain bahwa cerpen tersebut termasuk dalam klasifikasi
sastra tradisional yang berspesifik pada fable yaitu pembuatnya tidak diketahui
penciptanya, adapun pengarang cerpen tersebut bernama Aesop, namun itu hanya
dugaan saja dan belum diketahui secara pasti.
5. Puisi
Kategori : Puisi
Judul
Puisi : Diam
Pengarang : Afifah Fauzziyah R
Sumber : Kompas Anak Minggu, 20 April 2008
Diam
Diam bukan berarti bisu
Diam bukan berarti kaku
Diam bukan berarti hantu
Orang yang banyak diam adalah orang brilian
Bak air tenang menghanyutkan
Karena dengan baik dia menjaga lisan
Agar terhindar dari dosa perbuatan
Fauziyyah R,
Kelas VI Al-Banna SDIT Abu Bakar Ash-Shidiq, Pati
Pengarang : Afifah Fauzziyah R
Sumber : Kompas Anak Minggu, 20 April 2008
Diam
Diam bukan berarti bisu
Diam bukan berarti kaku
Diam bukan berarti hantu
Orang yang banyak diam adalah orang brilian
Bak air tenang menghanyutkan
Karena dengan baik dia menjaga lisan
Agar terhindar dari dosa perbuatan
Fauziyyah R,
Kelas VI Al-Banna SDIT Abu Bakar Ash-Shidiq, Pati
Analisis;
Jenis karya sastra anak diatas termasuk dalam karya puisi. Karena keterpaduan
antar kata, baik pengulangan kata, permajasan dan unsure lain didayagunakan
untuk mencapai efek keindahan kata-kata.
Puisi
anak di atas juga sangat sederhana mengingat puisi tersebut memang dibuat
berdasarkan tingkat perkembangan anak sehingga unsur pantangan, yaitu unsur
yang yang secara khusus berhubungan dengan tema dan amanat yang menyangkut
tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal
yang bersifat negatif tidak ditonjolkan melainkan yang ditonjolkan dipuisi
tersebut beramanatkan diam adalah emas.
6. Non-Fiksi
Kategori Biografi
Raden Ajeng Kartini lahir pada
tanggal 21 April 1879 di desa Mayong, Kabupaten Jepara. Desa itu terletak
sekitar 22 km dari pusat kota Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya Kartini adalah
seorang wedono mayong bernama RMAA Sosroningrat sedangkan ibunya Mas Ajeng
Ngasirah adalah dari kalangan rakyat biasa yang berstatus istri pertama tapi
bukan istri utama.
Kartini kecil menjalani masa
kanak-kanaknya dengan gembira. Apalagi setelah bersekolah di
Europese Lagere School. Itu karena yang bisa bersekolah di sana hanya
anak pribumi keluarga ningrat, Belanda–Indo dan Belanda asli. Kartini termasuk
anak yang beruntung, bahkan di sana pun ia termasuk murid yang pintar, karena
bisa berbahasa Belanda dengan baik. Sifatnya yang baik membuat banyak temannya
menyenanginya.
Tetapi semua kegembiraan itu harus
berakhir ketika usianya mencapai 12 tahun. Padahal Kartini ingin sekali
melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi hal itu tidak dapat
terjadi. Ia harus menjalani pingitan. Sebagai wanita kaum ningrat ia
harus menjalani tradisi itu.
Dengan terpaksa akhirnya Kartini pun
hanya berdiam diri di rumah. Ia hanya belajar tata krama Jawa dan belajar agama
Islam. Hal itu membuatnya cukup tertekan karena tidak bisa melihat dunia luar
lagi. Sering hari-harinya dihabiskan dengan merenung dan menangis di kamarnya.
Untungnya saudara-saudara kandungnya
memberi perhatian padanya. Demikian juga ayahnya. Mereka sering membawakan
Kartini buku bacaan. Dan kebetulan Kartini senang membaca, ia pun merasa
senang. Hari-harinya banyak dihabiskan dengan membaca termasuk membaca buku
dalam bahasa Belanda.
Kesukaannya membaca ternyata membuka
cakrawala berpikirnya. Apalagi setelah membaca buku Minnebrieven karya
Multatuli. Dari buku itulah ia menjadi tahu bahwa penindasan kolonialisme
Belanda di Indonesia memberikan dampak yang buruk bagi bangsanya. Terutama kaum
wanitanya. Ia merasa keterbelakangan pada wanita Indonesia, apalagi jika
dibandingkan dengan kemajuan kaum wanita di negara Barat.
Untungnya Kartini mempunyai banyak
sahabat pena di negeri Belanda. Ia pun menghibur diri dengan berkorespondensi
dengan mereka. Sering ia ungkapkan ide dan pikiran-pikirannya itu melalui
surat. Yang paling mendukungnya adalah Rosa Abendanon. Darinya Kartini tertarik
untuk memajukan wanita pribumi yang berstatus sosial rendah.
Tahun 1902 Kartini berkenalan dengan
Tuan Van Kol dan nyonya Nellie. Mereka memberitahu Kartini cara
mendapatkan beasiswa agar bisa belajar di Belanda. Kartini lalu mengajukan
lamaran untuk bisa bersekolah dengan beasiswa di negeri itu. Ia ingin
mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Tetapi ternyata semua itu tidak
berjalan dengan mudah.
Untuk mengisi waktunya, Kartini
kemudian membuka sekolah gratis untuk para gadis di Jepara, Jumlah muridnya
tidak banyak memang, hanya sembilan orang. Tetapi Kartini tetap semangat
mengajarkan mereka keterampilan menjahit, memasak, menyulam dan bahasa Jawa.
Kartini kemudian berminat sekolah
guru di Jakarta. Tetapi ketika sedang senang-senangnya bersekolah, tiba-tiba
ayahnya menerima lamaran dari Bupati Rembang bernama K.R.M. Adipati Ario
Singgih Djojo Adhiningrat. Calon suaminya itu berusia 50 tahun yang mempunyai
beberapa anak.
Sesaat sebelum ia menikah, beasiswa
sebanyak 4.800 gulden datang dari Belanda. Tetapi dengan terpaksa Kartini harus
menggagalkannya karena ia harus menikah. Akhirnya beasiswa itu diberikan kepada
seorang pemuda bernama Agus Salim.
Maka terjadilah pernikahan itu pada
tanggal 8 November. Kartini pun pindah ke Rembang. Kekecewaan Kartini tidak
bisa sekolah ke Belanda sedikit terobati oleh sang suami yang ternyata sangat
memahami cita-citanya. Kartini bahkan diperbolehkan mendirikan sekolah untuk
kaum wanita di Rembang. Di tengah kesibukannya, ia hamil dan sering
sakit-sakitan. Akhirnya ia melahirkan seorang anak lelaki. Empat hari kemudian,
di usianya yang sangat muda, 25 tahun beliau meninggal. Tepatnya tanggal 17
Sepetember 1904. Jenazahnya dimakamkan di desa Bulu Rembang.
7 tahun setelah Kartini meninggal,
tepatnya tahun 1911, Mr.J.H. Abendanon menerbitkan kumpulan-kumpulan surat
Kartini menjadi sebuah buku dengan judul Door Duisternis tot Licht. Buku
itu sangat laris sehingga dicetak berkali-kali. Uang hasil penjualannya
dikumpulkan oleh Yayasan Kartini di Deen Haag Belanda untuk membiayai kaum
wanita Indonesia. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
sastrawan Armin Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Hasil analisis.
Biografi R.A kartini
termasuk dalam Non fiksi,
Pada
hampir semua biografi menonjolkan suatu riwayat hidup seseorang, tetapi
dibatasi pada hal-hal tertentu saja yang tentu dianggap penting dan bahkan agar
memiliki nilai jual. Biografi seperi contoh diatas digunakan untuk menguraikan
pandangan tokoh yang bersangkutan, seperti pandangan tokoh dalam biografi R.A
Kartini tersebut bahwa kolonialisme sudah menindas kaum perempuan dan ia ingin
memajukan pikiran sesama wanita agar setara dengan kaum laki-laki.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan Uraian diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sastra
anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan
mudah diimajinasikan.
2. Sastra anak memiliki
ciri yaitu Unsur pantangan, yaitu unsur
yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan amanat, penyajian dengan
gaya secara langsung, fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat
menambah pengetahuan yang bermanfaat.
3. Genre Sastra
anak ada beberapa jenis yaitu Realisme, Fantasi, Sastra tradisional, Nonfiksi, Puisi dan Fiksi formula.
B.
Saran
Sastra
anak sangat penting dikenal oleh anak SD khususnya, oleh karena itu penulis
memberikan saran sebagai berikut:
a.Guru paham mengenai
sastra anak sebelum memberikan ilmunya ke murid.
b. Guru hendaknya ikut
serta dalam melestarikan sastra anak dengan mengenalkan sastra anak pada
muridnya.
c. Guru hendaknya
menciptakan suasana pembelajaran sastra anak yang menyenangkan sehingga murid
mudah memahami.
d. Guru hendaknya memiliki
daya kreativitas dalam mengajar khususnya sastra anak sehingga anak akan
tertarik dan berminat belajar mengeni sastra anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar