Translate

Jumat, 22 November 2013

Jurnal pemikiran tentang Budaya Populer dan sastra Populer


PEMIKIRAN  TENTANG BUDAYA POPULER DAN SASTRA POPULER
Bangkit Bagas Widodo
11010400
Abtrak

Dari hasil tinjauan pustaka menunjukan bahwa dunia sastra terus mengalami banyak perkembangan, seperti munculnya budaya populer yang kemudian berimbas pada munculnya suatu karya sastra populer. Ada-pula pengertian sastra popular merupakan suatu karya sastra yang terkenal pada masanya. Karakteristik sastra populer bilamana dilihat secara struktural biasanya bertema percintaan karena memang permasalahan ini hampir tidak pernah padam. Selain itu hubungan antara budaya populer dengan sastra populer yaitu ketika budaya populer disandingkan dengan teks sastra akan menciptakan suatu karya sastra popular atau ketika sastra bertemu dengan budaya populer maka akan melahirkan sastra populer. Sedangkan sastra yang adiluhung (serius) dapat pula menjadi sastra popular bilamana mendapat momen dimana cerita yang diangkat sedang popular pada masanya. Ini didukung dengan penegertian sastra populer berikut yang menyatakan bahwa sastra popular merupakan sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya, khususnya pembaca di kalangan remaja.
Kata kunci : sastra popular, adiluhung, karya sastra

PENDAHULUAN
Dewasa ini, perkembangan dunia modern (globalisasi) telah mengubah segala lapisan untuk turut serta terbawa arus modernisasi. Budaya populer yang tadinya belum merambah dunia sastra kini telah menjamahnya hingga munculah sastra popular yang tidak lain memiliki batasan suatu karya sastra yang mamiliki sifat budaya popular yaitu hasil budaya dalam bentuk tulisan (sastra) yang sedang popular dimasyarakat, tersebar dimayarakat, dan hasil karyanya (baik cerpen, puisi dan karya lain yang termasuk karya sastra) mengabaikan nilai-nilai keseriusan, intelektualitas, penghargaan terhadap waktu dan originalitas.
Karya sastra pun terus berkembang, yang tadinya hasil karya satra terikat dengan aturan (sistemis) kinipun menjadi tanpa aturan sehingga kedua kubu ini terus saling menjaga keyakinan yang dianutnya. Seperti yang dikatakan Teew yaitu perkembangan karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan pembaharuan, antara keterikatan pada genre, konvensi, dan kebebasan mencipta.
Hal ini juga merujuk pada karya sastra yang adiluhung dan juga jenis karya sastra popular, yang bisa dibilang karya sastra tersebut tidak bersinergi melainkan berlawanan arus. Karya sastra adiluhung merupakan karya sastra yang mengutamakan kualitas, nilai-nilai dan nilai-nilai kesastraan yang tinggi dan berujung pada penghargaan sedangkan karya sastra popular sebaliknya yang mengutamakan selera penerbit dan berujung pada hasil yang bisa dinilai dengan uang.
Namun sebenarnya dalam perkembangannya tidak lagi dinilai apakah sastra populer ini lebih rendah daripada karya sastra adiluhung, bukan mana yang lebih bagus atau mana yang lebih jelek. Karena dengan penilaian yang demikian akan menciptakan kelas secara vertikal terhadap karya sastra.
Para mahir pun banyak yang mencoba menggali dan coba menemukan ruang lingkup dari keduanya, hubungannya, karakteristinya contoh karyanya dan perkembangan-perkembangan lainya.

PEMBAHASAN
Seperti yang sudah coba diungkap di atas bahwa budaya populer sangatlah berperan dalam lahirnya sastra popular, maka sebelum lebih jauh melangkah untuk mengetahui lebih dalam apa itu sastra popular maka akan terlebih dahulu dirumuskan apa itu budaya popular. Dari teori yang diungkapkan oleh Graeme Burton (dalam Deka, 2013) menyatakan bahwa yang pertama budaya popular/pop adalah bagaimana produk-produk budaya dikonsumsi atau digunakan. Sedangkan budaya massa adalah merujuk  bagaimana  budaya  itu  diproduksi,  didistribusikan  dan dipasarkan. Sedangkan menurut Williams, (1983) budaya popular yaitu merujuk pada budaya pop atau budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang, kedua budaya  pop merupakan kategori residual. Dengan  kata  lain  budaya  pop  didefinisikkan  sebagai  budaya  ”substandar”.  ketiga yaitu mendefinisikan  budaya  pop  sebagai  ”budaya  massa”.  Definisi  tersebut sangat  tergantung  pada  definisi  sebelumnya.  Mereka  menyatakan  budaya  pop  adalah ”budaya massa” dengan tujuan menegaskan bahwa budaya massa secara komersial  tidak bisa diharapkan. Ia diproduksi  massa untuk konsumsi massa. Sehingga dapat disimpulkan oleh penulis bahwa budaya popular merupakan bentuk-bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi popularitasnya.
Selanjutnya tentang sastra popular, menurut Nurgiyantoro sastra populer adalah “sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya, khususnya pembaca di kalangan remaja”, menurutnya juga (2007:18) sastra popular adalah perekam kehidupan, dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menunjukan kembali rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalaman sehingga merasa terhibur karena salah seorang telah mencurahkan pengalamanya itu. Sastra popular akan setia mencurahkan kembali “emosi-emosi asli” oleh karena itu menurut kayam (dalam Nurgiyantoro 2007:18) sastra popular yang baik banyak mengundang pembaca unutuk mengidentifikasi dirinya.
Dengan demikian Sastra populer tidak menampilkan permasalahn hidup secara intens, sebab jika demikian, sastra populer akan menjadi berat dan berubah menjadi sastra serius (Nurgiyantoro, 1981), namun yang perlu dipahami lebih dalam bahwa sastra populer bukan berarti semata-mata karya yang populer atau terkenal, namun istilah tersebut adalah terjemahan dari popular literature sebagai pembeda dari high literature atau sastra adiluhung.
Lalu bagaimanakah hubungan antara keduanya. Hubungan antara budaya populer dengan sastra populer yaitu ketika budaya populer disandingkan dengan teks sastra akan menciptakan suatu karya sastra popular atau ketika sastra bertemu dengan budaya populer maka akan melahirkan sastra popular. Maka sudah dipastikan keduanya saling mempengaruhi dan melakukan timbal balik.
Selanjutnya yaitu tentang karakteristik sastra. Karakteristik sastra populer merupakan suatu ciri khusus yang dapat membedakan antara karya sastra populer dengan adiluhung, yang tentu dapat diidentifikasi dengan melihat secara structural yaitu yang berkaitan dengan Intrinsiknya, seperti tema, penokohan, amanat dsb maupun visualnya (gambar sampul dsb). Untuk lebih lengkapnya yaitu sebagai berikut : a. bentuk sampulnya sering menonjolkan warna cerah, ilustrasi agak ramai, gambar wanita dengan tetesan air mata atau gambar pemuda yang sedang memeluk kekasihnya ; b. dari segi penokohan, novel populer umumnya menampilkan tokoh-tokoh yang tidak jelas identitas tradisi-kulturalnya ; c. tema yang diangkat umumnya menyangkut percintaan para remaja yang masih bersekolah atau mahasiswa ; d. tokoh-tokoh stereotipe. Ibu tiri: “kejam” ; e. konflik yang muncul berkisar pada status sosial, perebutan pacar atau persoalan-persoalan remeh-temeh disekitar usia pubertas ; f. latar tempat dan latar peristiwa, cenderung menampilkan latar kontemporer dengan berbagai peristiwa yang actual ; g. makna dan amanat yang ditampilkannya bersifat tunggal ; h. akhir cerita tidaklah terlalu sulit untuk ditebak, karena memang sengaja dibuat demikian dan satu lagi yang dapat penulis temukan yaitu bahasa yang digunakan biasanya tidak sesuai penulisan baku (EYD). Berikut contoh cerpen dan hasil analisnya yang ternyata ciri yang ada pada cerpen berikut sesuai dengan karakteristik yang ada pada sastra popular, sehingga cerpem berjudul “Susahnya Bilang Putus” karya Linda Purnamasari dapat digolongkan kedalam karya sastra populer.
Susahnya Bilang Putus
Karya Linda Purnamasari
Hampir tiga bulan Karel pacaran sama Natasha. Mereka sanggup buat anak-anak satu sekolah pada iri. Yang satu cantik, yang satunya lagi ganteng. Benar-benar perfect couple. Awalnya Karel menikmati keirian teman-temanya. Hatinya gembira banget karena berhasil memiliki salah satu most wanted sekolah. Dia juga bangga kalo Natasha Mulai memamerkan dirinya.
Tapi 2 Minggu belakangan, Karel bawaanya males melulu ketemu Natasha. Cewek itu nggak pernah bosen  nyeritain betapa kerenya Karel. Ngenalin Karel sama temen-temenya dan pamer kemesraan di depan umum. Lama-lama Karel kan jadi risih juga. Pas Karel lagi asyik ngelamun di kelas, Jono temannya sejak SMP menepuk bahunya.
“Ngapain lo bengong kayak ayam tetelo gitu?” Tanya Jono.
“Males Jon, jawab Karel pendek.
“Eh , tadi gue ketemu Natasha di depan Lab. Biologi. Dia nanyain lo tuh!”
“Dia ngomong apa?”
“Dia bilang, lo disuruh anterin dia bimbel abis pulang sekolah.”
“Halah, paling gue mau dipamerin lagi sama temen-temenya. Lama-lama gue tengsin, Jon!”
“lho kenapa sih, Rel? gue liat-akhir-akhir ini lo bete melulu sama Natasha, curhat dong Brow!”
Karel memandang Jono, “Menurut lo, Natasha itu manfaatin gue nggak, sih?
“Manfaatin gimana?”
“Ya, bukanya gue sombong nih! Lo kan tau gue lumayan populer.”
“Kalo itu sih gue juga tahu. Trus apa hubunganya sama Natasha?”
“Sejak gue jadian sama Natasha, dia tuh kerjaanya mamerin gue melulu kayak gak ada pekerjaan lain. Kalo kayak gini terus pamor gue bukanya naik, malahan makin turun. Gue kan malu juga sama anak-anak.”
“Masa iya sih, Bro? Eh, tapi gue denger dari tetangga gue yang sekelas ama Natasha, kayaknya emang bener. Kata tetangga gue, Natasha hobi banget mamerin lo.
“Terus gue harus gimana?”
“Mana gue tahu.”
“Ayolah Jon lo kan sahabat gue banget. Kasih saran dong!”
“Lo putusin aja! Kenapa ribet banget?”
Karel memikirkan kata-kata Jono, anak itu kadang norak dan ceplas-ceplos, tapi omonganya manjur dan tepat.
“Eh, gue cuma becanda! Jangan lo masukin hati,” kata Jono buru-buru begitu melihat ekspresi Karel yang serius mikir.
“Emang sih, Jon. Putus adalah solusi terbaik. Tapi gue nggak mungkin mutusin Natasha. Entar dia sakit hati, lagi!” kata Karel nggak menghiraukan ralat dari Jono”
“Trus?”
“Biar Natasha aja yang mutusin gue. Tapi gimana caranya? Kalo gue ngomong langsung dia pasti marah”
“Lo punya ide?”
“Ada sih tapi udah basi, kita coba dulu kali, ya?”
“Kenapa nggak?”
“Rencana pertama
Hari ini karel mulai menjalankan rencananya. Emang si, udah basi banget. Tapi siapa tahu bakal berhasil. Dalam rencana ini, Karel bekerja sama dengan teman sekelasnya yang bernama Cita. Karel bakal pdkt dengan Cita di depan Natasha supaya doi marah. Nggak lama kemudian, Natasha muncul dari ujung koridor. Karel dan Cita berdiri berdekatan.
“Cit, kemarin gue sama nyokap ketemu nyokap lo, di minimarket dekat kompleks. Ternyata nyokap kita saling kenal. Emang rumah lo di mana?” Karel mengawali percakapan.
“Rumah kita kan satu kompleks cuma beda blok aja, “jawab Cita”
“Oh, ya? Wah, deket dong kapan-kapan gue boleh main ya!”
“Natasha gimana?”
“Dia sih gampang! Lo masih sendirian aja kan ?”
Tiba-tiba Natasha merangkul lengan Karel. Dia tersenyum manis pada Cita. Cita jelas-jelas kaget melihat ekpresi Natasha.
“Hai, Cit! Lo lagi ngobrol sama cowok gue ya? Gimana, dia orangnya asyik banget kan?” Tanya Nata denga ramah.
“Iya, Nat!” Cita mati gaya di depan Nata.
“Cowok gue gitu loh! Paling top deh!”
Karel melepaskan rangkulan Natasha. Nat, risih tau dilihatin orang-orang.”
“Sini ikut gue,” bisik Natasha sambil menarik ke tempat yang ngggak begitu rame.
“Apaan sih?” tanya Karel.
“Jam 4 sore jemput gue ke rumah,” jawab Natasha.
“Eman lo mau kemana?”
“Gue mau kesalon.”
“Ke salon? Bukanya 2 hari yang lalu lo baru saja dari salon?”
“Karel, kayaknya gue harus tampil maksimal supaya mata lo nggak ngelirik ke sana-ke mari.
***
Rencana Kedua.
Rencana Karek hari ini benar-benar gila. Dia yang biasanya tampil cool, hari ini menjadi makhluk paling jorok sedunia. Dia tahu Natasha benci sama orang yang jorok. Sebenarnya, maunya Karel cuma satu : supaya Karel bilang ‘Putus’.
Ketika karel memasuki kelas, semua memandangnya dengan takjub. Bayangin, hari ini Karel Cuma cuci muka. Bajunya kayak seabad nggak disetrika. Sepatunya kotor dan berdebu dan kayak abis dipakai lari marathon di padang pasir. Dan kayaknya karel belum sisiran sejak bangun tidur.
“Rel, lo udah gila ya?” teriak Jono ketika melihat tampangnya Karel.
“Namanya juga pengorbanan, Bro!” jawab Karel santai.
“Ketika matahari sudah tepat di atas kepala, Karel mulai garuk-garuk badan. Sementara itu Jono yang duduk disebelahnya menutup hidung rapat-rapat.
“Ngapain lo tutup hidung?” Tanya Karel.
“ Nah , lo sendiri ngapain garuk-garuk gitu!” Jono balik bertanya.
“Badan gue gatel nih, lengket lagi!”
“Dari sini banunya juga udah kecium, gila! Asem banget.”
“Mereka menahan tawa.
Istirahat kedua telah tiba Natasha menerobos masuk ke dalam kelas Karel. Malihat Natasha dating Karel merentangkan tangan berniat memuluknya, Tapi ketika jarak mereka tinggal beberapa jengkal, Natasha malah menghindar.
“Hueeek….,” ucap Natasha jijik.
“Kenapa? Tanya karel pura-pura bego.
“Lo bau banget tau! Dasar jorok!”
“Biarin.”
“Lo tuh nyebelin banget sih!” Dalam hati Karel ketawa. “Ayo Nat, bilang putus!” Batinnya.
“Mulai besok, gue harus dating ke rumah lo sebelum berangkat sekolah. Gue nggak mau lo tampil menyedihkan kayak hari ini. Bikin malu aja” Kata Nata berapi-api.
Cewek itu keluar dari kelasnya Karel penuh emosi. Jono yang nglihat itu semua cuma bisa menatap Karel dengan bingung. Karel mengangkat bahu dengan lesu.
“Gila. Susah banget Natasha bilang putus,” ucapnya kesal.
“Gue nyerah, Rel! Stok ide gue sudah mepet,” kata Jono putus asa.
***
Karel udah ga tahu harus berbuat apa supaya Natasha mutusin dia. Siang ini begitu bel pulang berbunyi, Natasha menyeret Karel ke kanti. Ternyata kantin udah penuh sama temen-temenya Natasha.
“Hai semua, maaf telat!” seru Natasha centil.
“Nggak lama kemudian udara kantin terkontaminasi oleh berbagai macam gosip. Karel ngerasa jadi alien diantara cewek-cewek itu.
“Dengerin ya semuanya! Hari ini nilai Matematika cowok gue paling tinggi di kelas. Hebat nggak sih?” kata Natasha bangga.
“Wah, lo hebat banget, Rel!”
“Natasha ketularan pinter, dong!”
“Lo nggak salah pilih cowok, Nat!”
Kira-kira begitu komentar teman-teman Natasha. Karel cuman nyengir kuda nanggepin semua itu. Nggak penting banget sih!
“Gimana kalo kita usul sama Pak Gunawan supaya Karel ikut Olimpiade Matematika?” usul Natasha.
Mata Karel hampir copot karena melotot sakinh lebarnya. Otak Nata sudah kebalik, apa? Bisa-bisanya dia puny aide gila kayak gitu?” omel Karel dalam hati.
“Setuju….!!”  Jawab temen-temen Natasha kompak”
Dan kalian tidak tahu semua kalo Karel suka banget sama sepakbola?” kata Nata se-dramatisir mungkin.
“Oh… so sweet,”  puji temen-temen Natasha.
“Tiba-tiba Karel teringat sesuatu. “Sejak kapan gue ngerti sepakbola?” pikir Karel.
“Rel, lo suka nggak sama Bambang Pamungkas?” Tanya salah satu teman Natasha.
“Bam… Bambang Pamungkas?” Tanya Karel dengan muka bego.
Tuh kan pemain sepak bola asal Indonesia aja nggak tahu!
“Bambang Pamungkas tu siapa ya? Kayaknya pernah denger. Kalo Bambang Sucipto, gue malah tahu. Dia kan Pak Dee gue,” batin Karel jengkel.
“Lo nggak tau Bambang Pamungkas?” Tanya teman Nata tadi.
“Enough! Gue udah cukup dipermalukan. Kalo gue terus-terusan ngeladenin Natasha, gue sampe rumah ntar subuh,” piker Karel.
“Lia, Karel bukanya nggak tau. Bahkan dia kenal sama Bam…,” belum selesai Nata berkata, Karel tiba-tiba pergi tanpa permisi. Jelas-jelas aja cewek-cewek itu pada kaget.
***
Pagi-pagi banget, Natasha datang ke kelasnya Karel. Begitu tahu ceweknya datang, Karel malah menghindar. Dia keluar dari kelasnya. Nataha stengah berlari mengejar langkah panjang Karel. Natasha mencengkeram lengan tangan Karel untuk menghentikan langkah cowok itu.
“Apa-apaan sih lo! Teriak Karel,marah.
“Elo yang apa-apaan! Ngapain lo kemarin pergi tanpa pamit? Lo bener-bener bikin gue malu! Natasha bales berteriak.
“Nat, yang malu itu seharusnya gue! Kemarin gue pergi begitu aja, soalnya gue udah muak dengerin bualan lo!”
“Gue juga udah bete sama tindakan-tindakan konyol yang lo buat kemarin-kemarin.” Sejenak mereka terdiam.
“Jujur ya Nat. Gue capek jalan sama lo. Gue rasa, kita emang nggak cocok.” Kata Karel.
“Rel, gue sebenarnya juga nggak cinta sama lo. Gue pacaran sama lo semata-mata demi Reta. Lo inget reta, kan? Dia adalah cewek yang pernah lo putusin. Dan sejak saat itu, dia benci banget sama lo,” kat Natasha.
“Trus, apa hubunganya lo sama Reta?”
“Gue temenya waktu SMP. Gue harap lo bisa ngertiin gimana perasaan kita kalo sahabat kita disakitin. Maafin gue ya, Rel! Mendingan kita lupain aja apa yang pernah kit alamin.”
Tiba-tiba Karel menangkap sinyal dari kalimat terakhir Natasha.
“Jadi….,” kata Karel. “kita putus?” Natasha mengangguk.
“Thanks God!” batin Karel seneng banget.
“Rel, kalo gue naksir sama teman sekelas lo, nggak apa-apa kan?” Tanya Nata.
“Emang lo naksir siapa? Andi?” tebak Karel.
Andi adalah anggota tim basket sekolah. Orangnya cakep juga sih!
“Natasha menggeleng, “Bukan.”
“Trus?”
“Jono.”
“?????”
Pada cerpen di atas, yang berjudul “Susahnya bilang putus” mempunyai karakteristik yang sama persis dengan ciri sastra populer. Hasil analisisnya sebagai-berikut :
Bentuk cover yang ditonjolkan dalam cerpen berjudul “Susahnya Bilang Putus” tersebut tidak terlalu ramai, hanya seorang laki-laki dan seorang wanita, namun sesuai dengan ciri bahwa dalam karya sastra popular covernya berisi tentang wanita dan pria, dalam cerpen tersebut terdapat ilustrasi seorang laki-laki yang memegang erat wanita, seolah sulit untuk melepaskan, namun sebenarnya memiliki makna bahwa sang lelaki sulit untuk bilang putus.
Dalam cerpen berjudul “Susahnya Bilang Putus” karya Linda Purnamasari tersebut memang menampilkan penokohan yang tidak jelas identitas budayanya, seperti tokoh Karel, tidak jelas dari mana asalnya, latar belakang keluarganya, pembawaanya seperti apa, tidak dijelaskan seluk-beluknya secara detail. Demikian dengan Natasha pun identitasnya tidak diketahui secara pasti.
Tema yang diangkat dalam cerpen “Susahnya Bilang Putus” sangat sesuai dengan ciri tema karya sastra popular, karena memang dalam cerita tersebut tema yang diangkat yaitu tentang percintaan, lebih khusunya lagi topik yang diangkat yaitu susahnya untuk putus dalam sebuah percintaan.
Tokohnya sangat sesuai dengan ciri yang ke 4, bahwa tokoh-tokohnya stereotype atau berbentuk stagnan, sesuai dengan penggambaran yang sering digunakan, seperti tokoh Karel tersbut, yang karena memang pintar, popular disekolah dan ganteng, maka ia bersikap dingin. Mungkin jika tidak stereotipe bisa jadi tokoh Karel tersebut bersikap pemalu, dan minder.
Konflik yang diangkat dalam cerpen tersebut memang berkaitan dengan soal percintaan yang memang remeh-temeh, yaitu hanya ingin putus tetapi tidak bisa-bisa sebab dari pihak pria ingin kalau Ia ingin diputus bukan yang memutus, sebab ia tidak ingin melukai pasanganya. Adapun penyebab ingin putus karena hal sepele juga yaitu disebabkan karena pihak laki-laki merasa dimanfaatkan dan suka dipamer-pamerkan, sehingga ia merasa reputasi dan kepopuleranya turun.
Cerpen tersebut berlatar tentang lingkungan pendidikan, dengan peritiwa yang diangkat memang sangat baru, sehingga sangat fresh dan jarang diangkat, cerpen tersebut juga memang hanya menampilkan satu pesan tunggal yaitu bilamana tidak ingin disakiti ataupun dipermalukan maka janganlah melakukannya pada orang
Latar  peristiwa tersebut memang berawal ketika Karel si cowo pernah melukai mantanya dengan meninggalkanya, dan Natasha yang tidak lain teman manyanya Karel ingin membalaskan luka temanya tersebut
Akhir cerita yang disajikan memang tidak sulit ditebak yaitu dari sulitnya untuk memutuskan pacar dengan berbagai macam cara, dan akhirnya berhasil untuk putus.
Penambahan ciri yang ditemukan yaitu dari segi bahasa yang memang sangat bernuansa remaja contoh penngunaan sapaan “Jon” , kata ganti : lo, gue untuk saya, kata yang digunakan juga cenderung hasil pemendekan seperti nih, tuh,emang yang tidak lain asal katanya dari ini, itu, dan memang.
Setelah mengetahui setelan pengertian, ciri, karekeristik dari masing-masing jenis karya sastra tersebut yang jelas-jelas membatasi dan memisahkan antara keduanya, lalu apakah karya sastra yang awalnya dianggap adiluhung, dalam perkembanganya dapat berubah menjadi sastra popular? Berkaitan dengan hal ini Rochani Adi (2011) menyatakan bahwa suatu karya sastra populer yang ditulis untuk memenuhi selera publik menjadi adiluhung karena ternyata mengandung nilai-nilai kesastraan yang tinggi. Mungkin bilamana menangkap pendapat demikian bisa jadi sastra yang adiluhung juga bisa menjadi populer.
 Nurgiyantoro mengemukakan sebuah definisi secara singkat bahwa sastra popular merupakan sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya khususnya pembaca di kalangan remaja. Melihat pengertian tersebut dapat diambil hipotesis yaitu sastra yang adiluhung dapat pula menjadi sastra popular bilamana mendapat momen dimana cerita yang diangkat sedang popular pada masanya.
KESIMPULAN
Tidak ada seorangpun yang bisa untuk menghentikan arus modernisasi. Hal ini berlaku pada perkembangan sastra yang tidak lain juga efek globalisasi, yang tadinya hampir semua ciptaan sastra adiluhung namun sekarang berkat adanya budaya populer dan peran budaya massa lahirlah sastra popular. Pandangan negatif yang tercantum daripada budaya popular akibat pengaruh daripada Amerika  yang  panjang  tidak  dapat  dihindari  lagi,  akan  tetapi  budaya popular boleh dapat menciptakan budaya saingan yang memberikan makna positif bagi kehidupan manusia, khasnya perkembangan  kaum  muda.
Sebagaimana dikatakan Hall (2005), budaya populer adalah arena konsensus dan resistensi dalam memperjuangkan makna budaya, maka dapat disimpulkan bahwa budaya popular merupakan tempat di mana hegemoni budaya diterima atau ditentang.


DAFTAR PUSTAKA

Burton, G. 2008. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra
________. 2012. Esensi dan Orientasi Sastra Adiluhung. Tersedia pada : http://buahpena-ku.blogspot.com/2012/09/esensi-dan-orientasi-sastra-adiluhung.html. Diakses pada 13 November 2013
Deka, dhenny. 2013.Lokananta dan Budaya Populer. Tersedia pada : http://dhennydeka.blogspot.com/2013/05/lokananta-dan-budaya-populer.html.Diakses pada 13 November 2013
Nurgiyantoro, Burhan.2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Purnamasari, Linda. “Susahnya Bilang Putus.” Gaul 46 (Desember 2009) : 26.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar