Semiotika,Lambang dan Simbol pada Gambar Lambang Daerah Banyumas
Makalah
Diajukan
Untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Semantik
Disusun oleh
Bangkit Bagas Widodo 1101040089 PBSI 4C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dianugerahkan kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang telah ditentukan.
Adapun judul makalah ini adalah “Semiotika,
Lambang dan Simbol”
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
semantik yang telah diberikan oleh dosen, supaya kami lebih memahami hakikat Semiotika,Lambang dan Simbol.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik
serta saran yang positif dan bersifat membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Purwokerto,
4 Juni 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kata
lambang sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Umpamanya dalam
membicarakan bendera kita Sang Merah Putih sering dikatakan warna merah adalah
lambang keberanian dan putih lambang kesucian. Atau gambar bintang dalam burung
Garuda Pancasila yang menjadi lambang Negara kita yang merupakan lambang asas
ketuhanan Yang Maha Esa; serta gambar padi dan kapas yang merupakan lambang
asas keadillan social.
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol
dengan pengertian yang sama atau bahkan Saussure dalam (Chaer, 1994:39)
menggunakan istilah tanda (signe) atau tanda lingusitik (signe linguistique), bahkan akhir-akhir ini
sudah biasa juga digunakan istilah penanda
“untuk yang menandai” Signifie menurut peristilahan de Saussure) dan petanda “untuk yang ditandai” .
Untuk
mengetahui dan menjawab perbedaan ataupun persamaan istilah tersebut secara
mendalam, perlu ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semiotik. Di dalam ilmu makna khususnya semiotik dapat diketahui, apakah yang dimaksud dengan lambang,
symbol dan tanda dan bagaimanakah perlambangan dalam lambang daerah dan gambar
pada garuda pancasila itu menjadi tujuan dari adanya makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat semiotika?
2. Apa hakikat lambang, simbol dan bedeanya
dengan tanda?
3. Bagaimanakah
perlambangan ataupun makna pada lambang daerah maupun lambang garuda pancasila?
1.3
Tujuan
Tujuan yang akan dicapai
dalam pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui dan
mengerti hakikat semiotic, lambang dan. Selain itu, apabila para pembaca
membaca makalah ini maka pembaca akan mengetahui definisi ataupun pengertian
dari semiotic, lambang, symbol serta contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani
semeion, yang berarti tanda. Maka
secara istilah semiotika berarti ilmu tanda. Nama lain semiotik adalah semiologi (semiology) Semiotika
adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku
bagi pengguna tanda.
Dalam
semiotika atau semiologi Saussure dalam (Chaer, 1994:37) ada beberapa jenis
istilah yaitu antara lain tanda (sign), lambang (symbol), sinyal (signal),
gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan ikon.
Tanda yaitu suatu atau sesuatu yang dapat
menandai atau mewakili ide,pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara
langsung dan alamiah. Misalnya kalau tampak ada asap membumbung tinggi, maka
kita tahu bahwa di sana pasti ada api,sebab asap merupakan tanda akan adanya
api. Kalau kita melihat rumput dihalaman basah, itu menjadi tanda telah terjadi
turun hujan. Berbeda dengan tanda, simbol atau lambang
tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara
konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Misalnya, kalau di mulut gang
atau jalan di jakarta ada bendera kuning (entah terbuat dari kertas atau kain),
maka di daerah itu atau di jalan itu kita tahu bahwa ada orang meninggal dunia.
Begitu pula dengan gambar padi dan kapas yang berada di dalam perisai burung
Garuda Pancasila secara konvensional dipakai untuk melambangkan.
Untuk mengetahui lambang ini tidak ada jalan
lain selain harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal lambang, tidak akan
tahu apa-apa dengan arti lambang. Pada segi lain mungkin barang yang sama
dipakai juga menjadi lambang kepresidenan. Karena itu lambang disebut bersifat
arbitrer, yaitu tidak adanya hubungan langsug antara lambang dengan yan
dilambangkannya. Ide atau konsep untuk menyatakan adanya kematian dilambangkan
dengan bendera kuning (jadi, dalam bentuk benda), dan ide atau konsep keadilan
social dilambangkan dengan padi dan kapas (jadi dalam bentuk gambar).
Agar menjadi lebih
jelas lagi apa yang dimaksud dengan lambang itu, baiklah kita bicarakan
tanda-tanda lain yang menjadi objek kajian semiotika, sebagai bahan
perbandingan. Tanda-tanda itu adalah sinyal, gerak isyarat (gesture), gejala,
kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda
yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal
melakukan sesuatu. Jadi, sinyal ini dapat dikatakan bersifat imperatif.
Misalnya, letusan pistol dalam lomba lari. Letusan pistol yang ditembakan
dengan sengaja merupakan sinyal atau isyarat bagi para pelari yang ikut
berlomba untuk melakukan tindakan.; lari. Contoh lain, lampu lalu lintas dengan
warna merah, hijau, dan kuning adalah juga sinyal yang harus dipatuhi oleh
pengemudi. Bila lampu berwarna merah yang semula berwarna kuning menjadi
isyarat atau sinyal bagi si pengemudi untuk menghentikan kendaraannya; dan bila
lampu berwarna hijau yang tadinya berwarna merah menjadi isyarat bagi si
pengemudi untuk segera menjalankan kendaraannya.
Dengan contoh lampu lalu
lintas itu tampaknya ada ketumpangtindihan antara istilah tanda, lambang, dan
sinyal, sebab ketiganya termasuk “tanda”. Yang jelas, tanda bersifat alami (ada
asap tandanya ada api), lambang bersifat konvensi (gambar padi dan kapas
lambang keadilan sosial), sedangkan sinyal bersifat imperatif. Maka, warma
merah pada lampu lalu lintas itu melambangkan “bahaya” tetapi saat menyalanya
setelah warna kuning merupakan isyarat begi pengemudi untuk berhenti. Contoh
laiin yang lebih jelas, bunyi peluit panjang yang ditiup wasit merupakan
lambang bahwa permainan telah usai (mengapa harus peluit panjang dan bukan
bunyi peluit pendek-pendek tiga kali, adalah masalah konvensi), dan bagi
penonton peluit panjang itu menjadi tanda bahwa permainan sudah selesai,
sedangkan bagi pemain, peluit panjang itu menjadi isyarat atau sinyal bahwa
mereka harus segera menghentikan permainan itu.
Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan
dengan gerakan anggota badan, dan tidak bersifat imperatif seperti pada sinyal.
Gerak isyarat ini mungkin merupakan tanda mungkin juga merupakan simbol. Kalau
seekor kucing merendahkan tubuhnya dengan pandangan lurus ke depan, lalu
bergerak mundur sedikit, itu adalah tanda bahwa dia menerkam sesuatu; kalau
seekor simpanse menunjukan kepada temannya gerakan-gerakan seperti sedang
makan, itu menjadi tanda bahwa dia lapar. Lalu, kalau seorang manusia
menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atau penolakan (ada budaya
yang menyatakanpersetujuan dengan mengangguk tetapi ada
juga yang menyatakan penolakan dengan mengangguk), itu adalah simbol karena
sifatnya yang arbitrer. Bagi binatang, seperti lebah dan simpanse, gerak
isyarat ini merupakan alat komunikasi yang utama.
Gejala atau symptom adalah suatu tanda yang tidak
disengaja, yang hasilnya tanpa maksud, tetapi alamiah untuk menunjukan atau
mengungkapkan bahwa sesuatu akan terjadi. Gejala tidak menunjukan sesuatu yang
sudah atau sedang terjadi, tetapi yang akan terjadi. Misalnya, kalau seseorang
menderita demam selama beberapa hari, lalu dokter yang memeriksa mengatakannya,
“ini gejala tipus”. Pada saat si dokter mengatakan “ini gejala tipus”, penyakit
tipunya itu belumlah terjadi. Gejala sebenarnya agak mirip dengan tanda; hanya
gejala itu agak terbatas, sebab tidak semua orang dapat menjelaskan artinya,
atau apa yang akan terjadi nanti; sedangkan tanda itu berlaku umum.
Ikon adalah tanda yang
paling mudah dipahami karena kemiripanya dengan sesuatu yang diwakili. Karena
itu, ikon sering disebut gambar dari wujud yang diwakilinya. Misalnya, denah
jalan, gambar bangunan, tiruan benda atau alam, baik dengan bahan kertas, batu,
logam, dan sebagainya. Disini ada kemungkinan terjadi juga tumpang tindih
antara sebuah ikon dengan lambang. Patung R.A. Kartini yang terbuat dari batu
atau logam bisa merupakan ikon karena patung itu mewakili R.A. Kartininya;
tetapi bisa juga patung itu adalah sebagai lambang yakni lambang perjuangan
kaum wanita Indonesia.
Indeks adalah tanda
yang menunjukan adanya sesuatu yang lain, seperti asap yang menunjukan adanya
api. Contoh lain, suara gemuruh air yang menunjukan adanya sungai atau air
terjun. Juga, tulisan “jalan ke puri” yang merupakan petunjuk arah ke puri.
Tanda terakhir yang kita bicarakan adalah kode.
Ciri kode sebagai tanda adalah adanya sistem, baik yang berupa simbol, sinyal,
maupun gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran, perasaan, ide, benda,
tindakan yang disepakati untuk maksud tertentu. Bahasa rahasia yang digunakan
oleh sekelompok petugas keamanan dalam melaksanakan tugasnya tentunya mempunyai sistem. Karena itu, bahasa rahasia
itu bisa juga disebut sebagai kode.
Sudah
disebutkan diatas bahwa perlambangan ide atau konsep dapat diwujudkan dalam
bentuk benda,gambar atau bahkan bunyi (bila lambang-lambang bahasa). Berikut
ini contoh perlambangan dan maknanya dalam daun lambang daerah ataupun pada
gambar garuda pancasila.
Daun lambang
Gambar : daun lambang daerah
kabupaten banyumas
Berbentuk bulat dan didalamnya berlukiskan dari atas ke
bawah, melambangkan kebulatan tekad masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas
dalam melaksanakan usahanya yang suci, ikut serta dalam revolusi bangsa
Indonesia dalam mengejar cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
a.Gunung Slamet
Berwarna abu-abu (kelabu) atau hitam dengan latar belakang
warna biru di bagian atas dan warna hijau di bagian sebelah bawahnya.
1. Nama Slamet: mencerminkan harapan masyarakat di kabupaten
Banyumas khususnya dan seluruh wilayah Indonesia umumnya agar supaya senantiasa
selamat di dunia dan akhirat kelak dengan arti kata sesuai dengan Pancasila
2. Gunung Slamet: digambarkan sangat megah menjulang tinggi
ke angkasa, melukiskan keagungan dan keteguhan yang dimiliki dan diamalkan oleh
manusia masyarakat di Kabupaten Banyumas. Di gunung terdapat terdapat hutan lebat
yang perlu dijaga agar tetap menghijau, mengingat fungsi hutan bagi daerah
(hasta karana) yang bersifat: klimatologis, hidrologis, sosiologis, ekonomis,
estetis, dan sanitair.
b.Sungai
Serayu
Terletak melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang
dibatasi dengan barisgelombang sebanyak empat buah berwarna hitam.
1.
Nama Serayu : mencerminkan harapan masyarakat di Kabupaten Banyumas khususnya
dan seluruh Indonesia umumnya, agar supaya senantiasa rahayu atau selamat.
2.
Air Sungai Serayu: sangat bermanfaat untuk pertanian dan usaha-usaha produksi
serta usaha-usaha untuk kesejahteraan lainnya dari masyarakat Kabupaten
Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang maksudnya, bahwa sungai
tersebut mengalir di tiga Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja dan Jatilawang.
c.Seludang
(Mancung)
Berwarna cokelat dan manggar berwarna kuning emas yang
tandanya terdapat 10 butir buah kelapa yang masih muda (bluluk) berwarna
putih.kuning dan seluruhnya terletak di bagian bawah sebelah kiri. Kabupaten Banyumas
merupakan penghasil gula kelapa dan merupakan sumber salah satuusaha rakyat.
d.Setangkai/ranting
cengkeh
Dengan tangkainya yang berbuah lima biji, cengkeh berwarna
cokelat/kuning emas yang terletak di belahan bawah sebelah kanan. Berbuah lima
diartikan Pancasila. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil cengkeh yang cukup
besar.
e.Gada
Rujak Polo
Berwarna hitam yang beruas lima buah, pinggiran lukisan yang
ada di dalamnya merupakan batas ruas yang berwarna kuning. Merupakan senjata
Raden Werkudara dengan sifat satria, jiwa pejuang yang gagah berani dan kuat
yang dimiliki oleh orang Banyumas yang mengingatkan para tokoh dan pejuang
Kabupaten Banyumas. Raden Werkudara bersifat jujur dan cablaka yang juga
merupakan sifat orang Banyumas.
f.Sebatang
pohon beringin
Pohon beringin yang mempunyai sulur enam buah dan rimbunan
daun berupa tiga lapisan gelombang yang merupakan rangkaian 24 busur dengan
susunan dari dalam keluar 4,6, dan 14 yang keseluruhannya berwarna putih dan
terletak di tengah sebagai bayangan (di belakang gada rujak polo). Bermakna
pengayoman, keadilan, dan kebenaran yang diusahakan dan menjadi cita-cita
masyarakat Banyumas.
2.Surya sengkala:rarasing rasa wiwaraning praja
Mengandung makna Tahun 1966 dan juga diartikan bahwa rasa
yang serasi dari masyarakat merupakan pintu gerbang untuk memasuki daerah atau
negara yang dicita-citakan.Ditulis dengan huruf Latin berwarna emas di atas
dasar yang berbentuk pita sebagai bayangan berwarna hitam dengan pelisir kuning
emas. Nama daerah "DAERAH KABUPATEN BANYUMAS" ditulis dengan huruf
Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk pita berwarna merah
pelisir warna kuning emas.
3.Pengapit lambang
a.Sebelah
kiri: Setangkai bulir padi berbiji 17 (berwarna kuning emas)
b.Sebelah kanan: Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas). Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
b.Sebelah kanan: Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas). Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
4.Makna Warna untuk motif gambar lambang daerah
a.Biru:kedamaian,
terang
b.Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen
c.Kuning
emas:kemurnian dan ketinggian mutu, keluhuran
d.Hijau:kesuburan,kemakmuran
e.Merah:keberanian,dinamika
f.Putih:kesucian,kejujuran
Pilihan
untuk menggunakan Garuda sebagai lambang juga merupakan simbol tersendiri
Gambar
: lambang garuda pancasila
Dari
dasar di atas tahulah kita bahwa burung adalah perlambang jiwa manusia, sedang
Garuda dalam masyarakat Indonesia, dikenal sebagai burung raksasa. Dengan
begini terjalin pengertian bahwasanya Garuda melambangkan pengertian manusia
yang berjiwa besar. Selain itu, Garuda juga merupakan simbol Indonesia sebagai
Bangsa yang Besar juga Negara Besar. Mari kita perhatikan,
- Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
- Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga untuk melaksanakan perubahan ke arah kebaikan. Posisi burung Garuda yang dijadikan lambang adalah posisi burung yang sedang terbang, bukan yang sedang diam
- Dalam QS An Nahl 79, Alloh Berfirman, “Apakah mereka tidak memperhatikan burung yang mudah terbang di udara?” juga di dalam QS Al Mulk 19, “Apakah mereka tidak memperhatikan burung yang terbang di angkasa itu?” Maksudnya posisi terbang adalah Bangsa Indonesia haruslah terus bergerak menuju perubahan dan siap terhadap perubahan.
- Lehernya menoleh ke kanan, dalam ajaran Islam, posisi kanan itu disebut “Ash-habul yamiin” artinya melambangkan hal – hal yang baik. Sedang sebelah kiri disebut “Ash-habusy syimaal” dan melambangkan hal – hal yang negatif. Ini merupakan perlambang bahwa jiwa – jiwa Bangsa Indonesia haruslah bergerak ke arah kebaikan. ini sesuai dengan QS Al Baqoroh 148, “Maka berlomba – lombalah menuju kebaikan“
Perisai adalah tameng yang telah
lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata
yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai
tujuan.
- Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia “merah-putih” sedang di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
- Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Merupakan sebuah interpretasi dan lambang dari isi Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut :
1.
Bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang
melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan
yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya,
mengandung makna nur cahyo, atau dalam bahasa Qur’an Nuurun ‘ala nurrin.
Bintangnya memiliki sudut lima, maksudnya untuk menerangi Dasar Negara yang
lima (Pembukaan UUD ‘45 alinea 4), Sifat Negara yang lima (pembukaan
UUD ’45 alinea 2), dan tujuan negara yang lima (Pembukaan UUD ’46 alinea
4). Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli,
yang menunjukkan bahwa Berkat Rohmat Alloh adalah sumber dari segalanya
2.
Di bagian kanan bawah terdapat gambar rantai yang melambangkan sila
kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi
empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi
empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan.
Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia,
laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga
menjadi kuat seperti sebuah rantai.
3.
Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang
melambangkan sila ketiga, Persatuan
Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan
pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya
semua rakyat Indonesia bisa “berteduh” di bawah naungan negara Indonesia.
Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana,
namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku
bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
4.
Kemudian, di sebelah kiri atas
terdapat gambar kepala banteng yang
melambangkan sila keempat, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam. Permusyawaratan/Perwakilan.
Lambang banteng digunakan karena banteng merupakanhewan sosial yang suka
berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang orang harus berkumpul untuk mendiskusikan
sesuatu.
5.
Dan di sebelah kiri bawah terdapat gambar padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni
pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang
merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
6.
Jumlah bulu pada burung Garuda
17 – helai bulu pada masing masing
sayap, melambangkan tanggal 17
8 – helai bulu pada ekor artinya
melambangkan bulan 8 atau Agustus
45 – helai bulu pada leher burung
garuda melambangkan tahun kemerdekaan yaitu tahun 1945
Kedua cakar Garuda Pancasila
mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” berwarna hitam.
Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kata “bhinneka” berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata “tunggal”
berarti satu, kata “ika” berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
“Berbeda beda tetapi satu jua”, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa
Indonesia adalah satu kesatuan.
Melambangkan dan menegaskan bahwa meski memiliki keberagaman suku bangsa, adat budaya, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan tetapi dengan persatuan dan kesatuan dapat mewujudkan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga persatuan, mengedepankan hormat menghormati dan toleransi di atas perbedaan untuk mencapai kebaikan bersama.
Melambangkan dan menegaskan bahwa meski memiliki keberagaman suku bangsa, adat budaya, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan tetapi dengan persatuan dan kesatuan dapat mewujudkan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga persatuan, mengedepankan hormat menghormati dan toleransi di atas perbedaan untuk mencapai kebaikan bersama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda
yang ada hubunganya dalama kehidupan manusia, termasuk bahasa yang dilambangkan
dengan bunyi, atau bisa juga dilambangkan dalam bentuk benda (kematian dilambangkan
dengan bendera bentuk kuning, dan dalam bentuk gambar dilambangkan dengan
bentuk gambar seperti dalam burung garuda, keadilan social dilambangkan dengan
gambar padi dan kapas. Kajian semiotika
istilah lambang dan symbol memiliki arti yang sama yaitu suatu atau sesuatu
yang menandai yang lain secara konvensional, tidak bersifat alamiah,
symbol/lambang juga bersifat arbitrer yaitu tidak adanya hubungan langsung
antara lambang dengan yang dilambangkan berbeda dengan tanda yang justru
mempunyao pengertian sebaliknya sebailknya.
B. Saran
Semoga makalah yang sudah disampaikan oleh penulis
dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang apa yang sudah dibahas, dan
tentu penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul.1994.Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Pateda, Mansoer.2010.Semantik Leksikal.Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar