Translate

Selasa, 17 Desember 2013

Semiotika,Lambang dan Simbol pada Gambar Lambang Daerah Banyumas



Semiotika,Lambang dan Simbol pada Gambar Lambang Daerah Banyumas








Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Semantik



Disusun oleh

Bangkit Bagas Widodo 1101040089 PBSI 4C





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2013



KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dianugerahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang telah ditentukan. Adapun judul makalah ini adalahSemiotika, Lambang dan Simbol
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah semantik yang telah diberikan oleh dosen, supaya kami lebih memahami hakikat Semiotika,Lambang dan Simbol.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik serta saran yang positif dan bersifat membangun dari para pembaca demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.



                                                                                                            Purwokerto, 4 Juni 2013

                                                                                                                           Penulis


























BAB I
PENDAHULUAN
                                                                             
1.1  Latar Belakang

Kata lambang sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Umpamanya dalam membicarakan bendera kita Sang Merah Putih sering dikatakan warna merah adalah lambang keberanian dan putih lambang kesucian. Atau gambar bintang dalam burung Garuda Pancasila yang menjadi lambang Negara kita yang merupakan lambang asas ketuhanan Yang Maha Esa; serta gambar padi dan kapas yang merupakan lambang asas keadillan social.
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama atau bahkan Saussure dalam (Chaer, 1994:39) menggunakan istilah tanda (signe) atau tanda lingusitik  (signe linguistique), bahkan akhir-akhir ini sudah biasa juga digunakan istilah penanda “untuk yang menandai” Signifie menurut peristilahan de Saussure) dan petanda “untuk yang ditandai” .
Untuk mengetahui dan menjawab perbedaan ataupun persamaan istilah tersebut secara mendalam, perlu ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semiotik. Di dalam ilmu makna khususnya semiotik  dapat diketahui, apakah yang dimaksud dengan lambang, symbol dan tanda dan bagaimanakah perlambangan dalam lambang daerah dan gambar pada garuda pancasila itu menjadi tujuan dari adanya makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
     1. Apa hakikat semiotika?
     2. Apa hakikat lambang, simbol dan bedeanya dengan tanda?
      3. Bagaimanakah perlambangan ataupun makna pada lambang daerah maupun lambang garuda pancasila?

1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui dan mengerti hakikat semiotic, lambang dan. Selain itu, apabila para pembaca membaca makalah ini maka pembaca akan mengetahui definisi ataupun pengertian dari semiotic, lambang, symbol serta contohnya.


BAB II
 PEMBAHASAN
       Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka secara istilah semiotika berarti ilmu tanda. Nama lain semiotik adalah semiologi (semiology) Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda. Dalam semiotika atau semiologi Saussure dalam (Chaer, 1994:37) ada beberapa jenis istilah yaitu antara lain tanda (sign), lambang (symbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan ikon.
       Tanda yaitu suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide,pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya kalau tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di sana pasti ada api,sebab asap merupakan tanda akan adanya api. Kalau kita melihat rumput dihalaman basah, itu menjadi tanda telah terjadi turun hujan.           Berbeda dengan tanda, simbol atau lambang tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Misalnya, kalau di mulut gang atau jalan di jakarta ada bendera kuning (entah terbuat dari kertas atau kain), maka di daerah itu atau di jalan itu kita tahu bahwa ada orang meninggal dunia. Begitu pula dengan gambar padi dan kapas yang berada di dalam perisai burung Garuda Pancasila secara konvensional dipakai untuk melambangkan.
       Untuk mengetahui lambang ini tidak ada jalan lain selain harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal lambang, tidak akan tahu apa-apa dengan arti lambang. Pada segi lain mungkin barang yang sama dipakai juga menjadi lambang kepresidenan. Karena itu lambang disebut bersifat arbitrer, yaitu tidak adanya hubungan langsug antara lambang dengan yan dilambangkannya. Ide atau konsep untuk menyatakan adanya kematian dilambangkan dengan bendera kuning (jadi, dalam bentuk benda), dan ide atau konsep keadilan social dilambangkan dengan padi dan kapas (jadi dalam bentuk gambar).
Agar menjadi lebih jelas lagi apa yang dimaksud dengan lambang itu, baiklah kita bicarakan tanda-tanda lain yang menjadi objek kajian semiotika, sebagai bahan perbandingan. Tanda-tanda itu adalah sinyal, gerak isyarat (gesture), gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu. Jadi, sinyal ini dapat dikatakan bersifat imperatif. Misalnya, letusan pistol dalam lomba lari. Letusan pistol yang ditembakan dengan sengaja merupakan sinyal atau isyarat bagi para pelari yang ikut berlomba untuk melakukan tindakan.; lari. Contoh lain, lampu lalu lintas dengan warna merah, hijau, dan kuning adalah juga sinyal yang harus dipatuhi oleh pengemudi. Bila lampu berwarna merah yang semula berwarna kuning menjadi isyarat atau sinyal bagi si pengemudi untuk menghentikan kendaraannya; dan bila lampu berwarna hijau yang tadinya berwarna merah menjadi isyarat bagi si pengemudi untuk segera menjalankan kendaraannya.
Dengan contoh lampu lalu lintas itu tampaknya ada ketumpangtindihan antara istilah tanda, lambang, dan sinyal, sebab ketiganya termasuk “tanda”. Yang jelas, tanda bersifat alami (ada asap tandanya ada api), lambang bersifat konvensi (gambar padi dan kapas lambang keadilan sosial), sedangkan sinyal bersifat imperatif. Maka, warma merah pada lampu lalu lintas itu melambangkan “bahaya” tetapi saat menyalanya setelah warna kuning merupakan isyarat begi pengemudi untuk berhenti. Contoh laiin yang lebih jelas, bunyi peluit panjang yang ditiup wasit merupakan lambang bahwa permainan telah usai (mengapa harus peluit panjang dan bukan bunyi peluit pendek-pendek tiga kali, adalah masalah konvensi), dan bagi penonton peluit panjang itu menjadi tanda bahwa permainan sudah selesai, sedangkan bagi pemain, peluit panjang itu menjadi isyarat atau sinyal bahwa mereka harus segera menghentikan permainan itu.
Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan anggota badan, dan tidak bersifat imperatif seperti pada sinyal. Gerak isyarat ini mungkin merupakan tanda mungkin juga merupakan simbol. Kalau seekor kucing merendahkan tubuhnya dengan pandangan lurus ke depan, lalu bergerak mundur sedikit, itu adalah tanda bahwa dia menerkam sesuatu; kalau seekor simpanse menunjukan kepada temannya gerakan-gerakan seperti sedang makan, itu menjadi tanda bahwa dia lapar. Lalu, kalau seorang manusia menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atau penolakan (ada budaya yang menyatakanpersetujuan dengan mengangguk tetapi ada juga yang menyatakan penolakan dengan mengangguk), itu adalah simbol karena sifatnya yang arbitrer. Bagi binatang, seperti lebah dan simpanse, gerak isyarat ini merupakan alat komunikasi yang utama.
Gejala atau symptom adalah suatu tanda yang tidak disengaja, yang hasilnya tanpa maksud, tetapi alamiah untuk menunjukan atau mengungkapkan bahwa sesuatu akan terjadi. Gejala tidak menunjukan sesuatu yang sudah atau sedang terjadi, tetapi yang akan terjadi. Misalnya, kalau seseorang menderita demam selama beberapa hari, lalu dokter yang memeriksa mengatakannya, “ini gejala tipus”. Pada saat si dokter mengatakan “ini gejala tipus”, penyakit tipunya itu belumlah terjadi. Gejala sebenarnya agak mirip dengan tanda; hanya gejala itu agak terbatas, sebab tidak semua orang dapat menjelaskan artinya, atau apa yang akan terjadi nanti; sedangkan tanda itu berlaku umum.
Ikon adalah tanda yang paling mudah dipahami karena kemiripanya dengan sesuatu yang diwakili. Karena itu, ikon sering disebut gambar dari wujud yang diwakilinya. Misalnya, denah jalan, gambar bangunan, tiruan benda atau alam, baik dengan bahan kertas, batu, logam, dan sebagainya. Disini ada kemungkinan terjadi juga tumpang tindih antara sebuah ikon dengan lambang. Patung R.A. Kartini yang terbuat dari batu atau logam bisa merupakan ikon karena patung itu mewakili R.A. Kartininya; tetapi bisa juga patung itu adalah sebagai lambang yakni lambang perjuangan kaum wanita Indonesia.
Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya sesuatu yang lain, seperti asap yang menunjukan adanya api. Contoh lain, suara gemuruh air yang menunjukan adanya sungai atau air terjun. Juga, tulisan “jalan ke puri” yang merupakan petunjuk arah ke puri. Tanda terakhir yang kita bicarakan adalah kode. Ciri kode sebagai tanda adalah adanya sistem, baik yang berupa simbol, sinyal, maupun gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran, perasaan, ide, benda, tindakan yang disepakati untuk maksud tertentu. Bahasa rahasia yang digunakan oleh sekelompok petugas keamanan dalam melaksanakan tugasnya tentunya  mempunyai sistem. Karena itu, bahasa rahasia itu bisa juga disebut sebagai kode.
Sudah disebutkan diatas bahwa perlambangan ide atau konsep dapat diwujudkan dalam bentuk benda,gambar atau bahkan bunyi (bila lambang-lambang bahasa). Berikut ini contoh perlambangan dan maknanya dalam daun lambang daerah ataupun pada gambar garuda pancasila.
Daun lambang








Gambar : daun lambang daerah kabupaten banyumas
Berbentuk bulat dan didalamnya berlukiskan dari atas ke bawah, melambangkan kebulatan tekad masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas dalam melaksanakan usahanya yang suci, ikut serta dalam revolusi bangsa Indonesia dalam mengejar cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
a.Gunung Slamet
Berwarna abu-abu (kelabu) atau hitam dengan latar belakang warna biru di bagian atas dan warna hijau di bagian sebelah bawahnya.
1. Nama Slamet: mencerminkan harapan masyarakat di kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh wilayah Indonesia umumnya agar supaya senantiasa selamat di dunia dan akhirat kelak dengan arti kata sesuai dengan Pancasila
2. Gunung Slamet: digambarkan sangat megah menjulang tinggi ke angkasa, melukiskan keagungan dan keteguhan yang dimiliki dan diamalkan oleh manusia masyarakat di Kabupaten Banyumas. Di gunung terdapat terdapat hutan lebat yang perlu dijaga agar tetap menghijau, mengingat fungsi hutan bagi daerah (hasta karana) yang bersifat: klimatologis, hidrologis, sosiologis, ekonomis, estetis, dan sanitair.
b.Sungai Serayu
Terletak melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang dibatasi dengan barisgelombang sebanyak empat buah berwarna hitam.
1. Nama Serayu : mencerminkan harapan masyarakat di Kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh Indonesia umumnya, agar supaya senantiasa rahayu atau selamat.
2. Air Sungai Serayu: sangat bermanfaat untuk pertanian dan usaha-usaha produksi serta usaha-usaha untuk kesejahteraan lainnya dari masyarakat Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang maksudnya, bahwa sungai tersebut mengalir di tiga Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja dan Jatilawang.
c.Seludang (Mancung)
Berwarna cokelat dan manggar berwarna kuning emas yang tandanya terdapat 10 butir buah kelapa yang masih muda (bluluk) berwarna putih.kuning dan seluruhnya terletak di bagian bawah sebelah kiri. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil gula kelapa dan merupakan sumber salah satuusaha rakyat.
d.Setangkai/ranting cengkeh
Dengan tangkainya yang berbuah lima biji, cengkeh berwarna cokelat/kuning emas yang terletak di belahan bawah sebelah kanan. Berbuah lima diartikan Pancasila. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil cengkeh yang cukup besar.
e.Gada Rujak Polo
Berwarna hitam yang beruas lima buah, pinggiran lukisan yang ada di dalamnya merupakan batas ruas yang berwarna kuning. Merupakan senjata Raden Werkudara dengan sifat satria, jiwa pejuang yang gagah berani dan kuat yang dimiliki oleh orang Banyumas yang mengingatkan para tokoh dan pejuang Kabupaten Banyumas. Raden Werkudara bersifat jujur dan cablaka yang juga merupakan sifat orang Banyumas.
f.Sebatang pohon beringin
Pohon beringin yang mempunyai sulur enam buah dan rimbunan daun berupa tiga lapisan gelombang yang merupakan rangkaian 24 busur dengan susunan dari dalam keluar 4,6, dan 14 yang keseluruhannya berwarna putih dan terletak di tengah sebagai bayangan (di belakang gada rujak polo). Bermakna pengayoman, keadilan, dan kebenaran yang diusahakan dan menjadi cita-cita masyarakat Banyumas.
2.Surya sengkala:rarasing rasa wiwaraning praja
Mengandung makna Tahun 1966 dan juga diartikan bahwa rasa yang serasi dari masyarakat merupakan pintu gerbang untuk memasuki daerah atau negara yang dicita-citakan.Ditulis dengan huruf Latin berwarna emas di atas dasar yang berbentuk pita sebagai bayangan berwarna hitam dengan pelisir kuning emas. Nama daerah "DAERAH KABUPATEN BANYUMAS" ditulis dengan huruf Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk pita berwarna merah pelisir warna kuning emas.
3.Pengapit lambang
a.Sebelah kiri: Setangkai bulir padi berbiji 17 (berwarna kuning emas)
b.Sebelah kanan: Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas). Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
4.Makna Warna untuk motif gambar lambang daerah
a.Biru:kedamaian, terang
b.Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen
c.Kuning emas:kemurnian dan ketinggian mutu, keluhuran
d.Hijau:kesuburan,kemakmuran
e.Merah:keberanian,dinamika
f.Putih:kesucian,kejujuran

Pilihan untuk menggunakan Garuda sebagai lambang juga merupakan simbol tersendiri
Gambar : lambang garuda pancasila
Dari dasar di atas tahulah kita bahwa burung adalah perlambang jiwa manusia, sedang Garuda dalam masyarakat Indonesia, dikenal sebagai burung raksasa. Dengan begini terjalin pengertian bahwasanya Garuda melambangkan pengertian manusia yang berjiwa besar. Selain itu, Garuda juga merupakan simbol Indonesia sebagai Bangsa yang Besar juga Negara Besar. Mari kita perhatikan,
  • Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
  • Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga untuk melaksanakan perubahan ke arah kebaikan. Posisi burung Garuda yang dijadikan lambang adalah posisi burung yang sedang terbang, bukan yang sedang diam
  • Dalam QS An Nahl 79, Alloh Berfirman, “Apakah mereka tidak memperhatikan burung yang mudah terbang di udara?” juga di dalam QS Al Mulk 19, “Apakah mereka tidak memperhatikan burung yang terbang di angkasa itu?” Maksudnya posisi terbang adalah Bangsa Indonesia haruslah terus bergerak menuju perubahan dan siap terhadap perubahan.
  • Lehernya menoleh ke kanan, dalam ajaran Islam, posisi kanan itu disebut “Ash-habul yamiin” artinya melambangkan hal – hal yang baik. Sedang sebelah kiri disebut “Ash-habusy syimaal” dan melambangkan hal – hal yang negatif. Ini merupakan perlambang bahwa jiwa – jiwa Bangsa Indonesia haruslah bergerak ke arah kebaikan. ini sesuai dengan QS Al Baqoroh 148, “Maka berlomba – lombalah menuju kebaikan
          ·Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
  • Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia “merah-putih” sedang di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
  • Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Merupakan sebuah interpretasi dan lambang dari isi Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut :
      1.        Bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, mengandung makna nur cahyo, atau dalam bahasa Qur’an Nuurun ‘ala nurrin. Bintangnya memiliki sudut lima, maksudnya untuk menerangi Dasar Negara yang lima (Pembukaan UUD  ‘45 alinea 4), Sifat Negara yang lima (pembukaan UUD  ’45 alinea 2), dan tujuan negara yang lima (Pembukaan UUD ’46 alinea 4). Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Berkat Rohmat Alloh adalah sumber dari segalanya
      2.      Di bagian kanan bawah terdapat gambar rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
      3.      Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa “berteduh” di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
      4.     Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam. Permusyawaratan/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakanhewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang  orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
      5.      Dan di sebelah kiri bawah terdapat gambar padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
      6.     Jumlah bulu pada burung Garuda
       §17 – helai bulu pada masing masing sayap, melambangkan tanggal 17
       §8 – helai bulu pada ekor artinya melambangkan bulan 8 atau Agustus
       §45 – helai bulu pada leher burung garuda melambangkan tahun kemerdekaan yaitu tahun 1945
       §Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” berwarna hitam.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata “bhinneka” berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata “tunggal” berarti satu, kata “ika” berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Berbeda beda tetapi satu jua”, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.
Melambangkan dan menegaskan bahwa meski memiliki keberagaman suku bangsa, adat budaya, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan tetapi dengan persatuan dan kesatuan dapat mewujudkan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga persatuan, mengedepankan hormat menghormati dan toleransi di atas perbedaan untuk mencapai kebaikan bersama.










BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada hubunganya dalama kehidupan manusia, termasuk bahasa yang dilambangkan dengan bunyi, atau bisa juga dilambangkan dalam bentuk benda (kematian dilambangkan dengan bendera bentuk kuning, dan dalam bentuk gambar dilambangkan dengan bentuk gambar seperti dalam burung garuda, keadilan social dilambangkan dengan gambar padi dan kapas.  Kajian semiotika istilah lambang dan symbol memiliki arti yang sama yaitu suatu atau sesuatu yang menandai yang lain secara konvensional, tidak bersifat alamiah, symbol/lambang juga bersifat arbitrer yaitu tidak adanya hubungan langsung antara lambang dengan yang dilambangkan berbeda dengan tanda yang justru mempunyao pengertian sebaliknya sebailknya.


B.     Saran
Semoga makalah yang sudah disampaikan oleh penulis dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang apa yang sudah dibahas, dan tentu penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.








DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.1994.Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Pateda, Mansoer.2010.Semantik Leksikal.Jakarta: PT. Rineka Cipta